Di jaman ini, pesawat masih merupakan alat transportasi andalan untuk
bepergian ke tempat yang sangat jauh dalam waktu yang relatif singkat. Pesawat
merupakan sebuah benda dengan massa puluhan ton. Bagaimana benda dengan massa
sebesar itu mampu terbang tinggi di angkasa?
Pesawat dilengkapi dengan mesin pendorong. Untuk pesawat-pesawat
kecil, mesin pendorongnya berupa baling-baling, sedangkan untuk pesawat-pesawat
besar, mesin pendorongnya berupa jet. Seperti namanya, tugas mesin-mesin
pendorong itu hanyalah mendorong pesawat ke depan, bukan membuat pesawat
bergerak naik. Bagian pesawat yang berfungsi membuat pesawat bergerak naik
adalah sayapnya. Lantas, bagaimana sayap pesawat melakukannya?
Untuk bisa mulai terbang, pesawat terlebih dahulu harus bergerak maju
dengan sangat cepat. Ketika pesawat bergerak ke depan, aliran udara di sekitar
pesawat akan bergerak secara relatif ke belakang. Begitu pula dengan udara di
sekitar sayap pesawat. Terjadi aliran udara yang sangat cepat melewati bagian
atas dan bagian bawah sayap pesawat. Aliran udara di atas dan di bawah sayap
inilah yang dimanfaatkan untuk membuat pesawat bergerak naik. Hal ini dilakukan
dengan membuat desain khusus pada sayap pesawat.
Perhatikan Gambar 1 di bawah ini.
Sayap pesawat (warna hijau) didesain memiliki bidang datar di bagian bawahnya dan sedikit melengkung di bagian atasnya. Ketika sayap itu bergerak dan menabrak udara di depannya, udara tersebut akan mengalir ke arah belakang sayap. Jelas terlihat pada Gambar 1, udara yang mengalir melalui bagian atas sayap (garis warna merah) akan menempuh jarak yang lebih panjang daripada udara yang mengalir melalui bagian bawah pesawat (garis warna biru). Meski menempuh jarak yang berbeda, kedua aliran udara tersebut akan bertemu kembali di bagian belakang sayap pesawat secara bersamaan. Konsekuensinya, udara yang mengalir melalui bagian atas sayap pesawat akan memiliki kecepatan yang lebih tinggi daripada udara yang mengalir melalui bagian bawah sayap pesawat.
Gambar 1. Model Sayap Pesawat (Dilihat dari Samping) |
Sayap pesawat (warna hijau) didesain memiliki bidang datar di bagian bawahnya dan sedikit melengkung di bagian atasnya. Ketika sayap itu bergerak dan menabrak udara di depannya, udara tersebut akan mengalir ke arah belakang sayap. Jelas terlihat pada Gambar 1, udara yang mengalir melalui bagian atas sayap (garis warna merah) akan menempuh jarak yang lebih panjang daripada udara yang mengalir melalui bagian bawah pesawat (garis warna biru). Meski menempuh jarak yang berbeda, kedua aliran udara tersebut akan bertemu kembali di bagian belakang sayap pesawat secara bersamaan. Konsekuensinya, udara yang mengalir melalui bagian atas sayap pesawat akan memiliki kecepatan yang lebih tinggi daripada udara yang mengalir melalui bagian bawah sayap pesawat.
Seorang ahli fisika yang hidup di abad ke-17, Daniel Bernoulli,
menyatakan bahwa semakin tinggi kecepatan suatu fluida (termasuk udara), maka tekanannya
akan semakin rendah. Dengan demikian, udara di atas sayap pesawat memiliki
tekanan yang lebih rendah daripada udara di bawah sayap pesawat. Lantas, apa
yang terjadi jika ada perbedaan tekanan semacam ini?
Hukum fisika menunjukkan bahwa fluida akan bergerak dari daerah
bertekanan lebih tinggi menuju daerah bertekanan lebih rendah. Dengan demikian,
udara di bawah sayap pesawat akan bergerak naik. Hal ini menyebabkan sayap
pesawat juga ikut terdorong naik. Dengan kata lain, sayap pesawat mengalami
gaya angkat.
Nah, itulah sebabnya pesawat dapat bergerak naik dan terbang tinggi ke
angkasa ^_^
*******
(Ditulis oleh Doni Aris Yudono)
0 komentar:
Posting Komentar